#1
Dony Gahral Adian:
1. Demokrasi tidak bisa berjalan tanpa batasan yang jelas dan tegas dalam proses-proses politik.
2. Demokrasi mesti dibangun di atas komunikasi bukan strategi.
3….Demokrasi tidak bisa satu arah. Ia (demokrasi) dilibatkannya pelbagai pertimbangan, termasuk pertimbangan non-ekonomi, dalam setiap pengambilan kebijakan.
4. Partisipasi warga rejim demokratis mesti dipikirkan ulang saat kekuasaan tidak lagi terpusat.
5. Satu-satunya jalan agar demokrasi bisa seiring dengan etika sosial adalah terwujudnya budaya demokratis (democratic culture).
6. Budaya demokratis menuntut terpatrinya tiga dimensi kultural: kedaulatan populis, kesetaraan warga negara, dan diskursus demokrasi.
(“Demokrasi Kami”: 2006, xi-6).
#2
Erich Fromm menulis dalam buku “The Heart of Man: Its Genius for Good and Evil” (1964) yang diterjemahkan menjadi “Kegeniusan Hati Manusia untuk Kebaikan dan Kejahatan” (2019).
1. Banyak orang percaya manusia adalah domba. Tapi ada orang lain beranggapan bahwa manusia adalah serigala (h.13).
2…Jika kebanyakan manusia adalah domba, kenapa hidup manusia begitu beda dengan domba? Sejarah telah ditulis dengan DARAH. Sejarah tentang KEKERASAN yang terus menerus (h.14).
3….Perang tidak bisa dihindari karena ini adalah hasil dari kerusakan sifat alami manusia (hlm. 21).
4. Tiga fenomena membentuk dasar orientasi jahat dan ganasnya manusia: *cinta pada kematian, *NARSISME yang ganas, dan *fiksasi insestis simbiotis (h. 23).
5. Bentuk kekerasan ada tiga: *permainan kekerasan (playful violence), *kekerasan REAKTIF, dan *kekerasan untuk MEMBALAS (revengeful violence) (h.26-30).
6. Para pemimpin politik dan pemuka agama mengatakan kepada pengikutnya bahwa “mereka sedang diancam oleh musuh, dan oleh karena itu BANGKITLAH jawaban subjektif sebagai bentuk PERMUSUHAN REAKTIF.” (h. 27).
(Bersambung)